Penjelasan mengenai infeksi nifas

penjelasan mengenai infeksi nifas

Sesudah masa hamil selama 9 bulanan, kemudian melahirkan, dan sesudah itu masih tedapat masa nifas yang dapat mengancam kesehatan ibu dan bayinya. Salah satu bahaya yang perlu diwaspadai dalam tenggang waktu 6 minggu setelah melahiran adalah infeksi nifas.
Infeksi nifas adalah bentuk peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat genital saat persalinan.

Keluhan yang paling signifikan muncul pada infeksi nifas adalah demam yang dikenal dengan demam nifas. Pada saat demam nifas ini, suhu tubuh naik hingga mencapai 38 derajat Celsius atau lebih dalam 10 hari pertama pasca persalinan. Jika demamnya terjadi pada hari pertama sesudah persalinan, itu masih bisa ditolerir.

Gejala lainnya yang signifikan adalah keluhan radang, diantaranya nyeri di jalan lahir, bisa di vagina, perineum, maupun nyeri perut.
Kualitas lochia juga perlu diwaspadai jika geta-getah dari servik berbau. Kendati kadang tidak disertai bau, namun perut terasa nyeri sekali.
Yang jelas, dari hari pertama hingga ketiga, lochia biasanya berwarna kemerah-merahan, kemudian kekuning-kuningan, dan akhirnya menjadi putih bening. Kalau berbau dan berwarna kehijauan, harus dicurigai, ada kemungkinan lochia tidak dapat keluar karena ada sumbatan berupa darah, sisa-sisa plasenta, atau sisa-sisa selaput ketuban yang amat potensial memunculkan kuman.

Penyebab infeksi nifas, bisa eksogen maupun endogen.
Eksogen jika infeksi tersebut berasal dari organ-organ tubuh lain yang terbawa melalui pembuluh darah masuk ke jalan lahir. Ini karena, pada orang bersalin, biasanya terdapat luka. Luka inilah yang bisa mengundang infeksi.
Penyebab eksogen, bisa karena higienis yang kurang terjaga saat persalinan maupun sesudahnya, termasuk juga kebersihan alat-alat yang digunakan, seperti sarung tangan yang dipakai untuk pemeriksaan dalam, pembalut yang dipakai, atau bahkan juga petugas yang sedang mengidap penyakit tertentu.
Penularan melalui udara juga bisa terjadi, sehingga petugas disarankan mengguakan masker saat berada di ruang bersalin.

Dikatakan Endogen jika penyebabnya berasal dari jalan lahir itu sendiri. Itu karena vagina bukanlah tempat yang betul-betul steril. Jadi, jika kebersihan kurang terjaga, perawatan kurang baik, serta daya tahan tubuh rendah, kuman yang semula bersifat tidak patogen, menjadi patogen. Kondisi ini diperparah dengan adanya luka jalan lahir yang merupakan media amat baik bagi kuman untuk berkembang biak.

Yang diduga menjadi faktor–faktor predisposisi adanya infeksi nifas adalah semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, contohnya pendarahan postpartum yang berlebih, atau adanya penyakit seperti tekanan darah tinggi pada kehamilan/ preeklampsia maupun penyakit infeksi lain seperti penyakit radang paru maupun jantung.
Faktor predisposisi lainnya adalah partus lama atau yang berlangsung 18 jam. Biasanya pada kasus-kasus ini, ketuban sudah pecah atau bocor duluan yang bisa menurunkan daya tahan tubuh. Begitu juga tindakan bedah vaginal seperti persalinan dengan vakum dan forcep.

Pada tindakan forcep, perlukaan jalan lahir relatif lebih luas dibanding vakum karena pada persalinan forcep, ibu sama sekali tidak diperkenankan mengejan. Begitu juga tindakan vaginal untuk membersihkan sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban maupun bekuan darah yang tertinggal.
Jadi, penanganan setelah bayi dilahirkan, harus tidak kalah baik dengan proses persalinan itu sendiri.

Harus juga diperhatikan, apakah kotiledonnya (bagian plasenta yang menempel ke dinding rahim ibu) lengkap atau tidak. Jumlahnya adalah 20 keping.
Mengingat resiko yang buruk dari infeksi nifas yang muncul, jangan pernah menganggap sepele keluhan-keluhan yang muncul setelah melahirkan. Pada peradangan lokal, mungkin disertai demam, tapi tidak terlalu tinggi, sedangkan pada infeksi yang bersifat menyeluruh, umumnya, demamnya sangat tinggi hingga tubuh menggigil, ditambah lagi dengan rasa sakit perut yang sangat, serta lokia yang berbau busuk.

Meskipun infeksi nifas bisa bersifat lokal atau terbatas, misalnya infeksi vagina atau vulva, namun bisa juga meluas ke organ-organ yang ada di atasnya, akhirnya terjadi peradangan perut secara keseluruhan. Jika sudah meluas, kuman bisa masuk ke pembuluh darah dan ikut mengalir ke seluruh bagian tubuh.
Jika ini yang terjadi, pasien harus dirawat inap dan diberi antibiotika dosis tinggi yang memiliki spektrum luas, di samping luka-luka jalan lahir harus dirawat secara steril.
Untuk mengurangi resiko buruk tadi, kita harus mewaspadai gejala awal, di antaranya gejala klinis berupa pembengkakan pada jalan lahir atau pada bekas jahitan. Jika disertai pemeriksaan darah, biasanya kadar kolesterolnya tinggi sekali sebagai pertanda adanya infeksi.

Jadi, sebaiknya 3 hari pertama ibu bersalin, tetap di rumah sakit, agar bisa dipantau kondisinya. Selain itu, amat dianjurkan untuk datang kontrol ke dokter / RS yang menangani persalinannya.
Yang perlu diperhatikan juga, makin cepat infeksi tersebut muncul, makin bersifat membahayakan. Dengan kata lain, nyawa si ibu yang mengalami infeksi nifas di hari ke-4, lebih terancam dibanding jika terinfeksi di hari-hari terakhir masa nifas. Biarpun memang parah-tidaknya infeksi tergantung pada ganas-tidaknya kuman yang masuk dan kondisi si ibu secara keseluruhan.
Efek samping peritonitis yang tidak diobati adalah terbentuknya asbes/penimbunan nanah pada jaringan-jaringan alat genital. Nanah tersebut harus dikeluarkan lewat pembuatan lubang di bawah mulut rahim. Bila tidak dikeluarkan, ancaman bahayanya fatal, minimal jaringan-jaringan tersebut akan membusuk.

Leave a comment