Bahasa Isyarat Bayi

bahasa isyarat bayi

Sang bayi, dalam tahun pertama kehidupannya, tentu saja belum mampu mengungkapkan apa yang dibutuhkannya secara verbal, hal ini karena sang bayi masih belum bisa berbicara. Komunikasi yang diberikan oleh sang bayi pada masa ini adalah: tangisan, celotehan, serta ekspresi wajah.

Tangisan

Tangisan adalah cara bayi memberitahukan kebutuhannya pada bulan-bulan pertama pasca lahir. Semakin keras dan semakin lama tangisnya, berarti semakin kuat kebutuhannya. Serta, gerakan tubuh yang menyertai tangis tersebut dapat membantu kita untuk memahaminya.

Kadang bayi menangis adalah karena lapar, namun, tangisan bayi belum tentu karena mereka lapar. Jika bayi buang air besar maupun kecil, sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri, namun efek dari buang air tersebut seperti basahnya pakaian atau celananya membuat sang bayi menjadi tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini yang menyebabkan sang bayi menangis.

Berceloteh

Berceloteh juga merupakan cara bayi berkomunikasi, tapi biasanya sedikit sulit untuk memahami arti celotehan sang bayi.

Bayi berceloteh jika dia merasa senang, contohnya senang dengan suasana pagi hari.

Saat bayi berceloteh, kemudian orangtua menanggapi celotehannya seolah-olah tahu arti celotehannya, bayi akan lebih bersemangat lagi untuk berceloteh. Dia akan merasa senang dan merasa yakin dirinya mampu berkomunikasi.

Melalui berceloteh, bayi mulai belajar pada rasa aman dan percaya pada lingkungannya.

Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah dapat berupa mimik muka atau senyuman. Ekspresi wajah ini menunjukkan bahwa dirinya senang, tidak nyaman, atau kesal.

Sang bayi akan tersenyum bila dia merasakan sesuatu yang menyenangkan dirinya, contohnya jika sang bayi diberikan mainan oleh orang tuanya. Namun ada kalanya juga jika ekspresi wajahnya ketakutan, ini jika dia merasa dirinya terancam atau tidak nyaman.

Untuk memahami apa yang dikomunikasikan sang bayi, dibutuhkan kepekaan orang tuanya. Kepekaan ini perlu proses belajar untuk melatihnya.

Komunikasi prabicara yang pertama kali harus dipahami orang tua adalah tangisan, karena setelah lahir dan di bulan-bulan pertama sang bayi, komunikasi dari sang bayi hanyalah melalui tangisan.

Tangisan bayipun tidak selalu sebagai bentuk komunikasi, namun bisa juga sebagai ungkapan ekspresi atau emosi. Ini karena dalam usaha memenuhi keinginan anak, orang tua sering menebak-nebak apa keinginannya. Jika tebakannya tepat, tangisan akan mereda, sedangkan jika tebakannya tidak tepat, tangisannya malah bertambah menjadi-jadi, ini merupakan ekspresi sang bayi berupa emosi, jengkel, maupun marah.

Jika orang tua tidak pernah paham apa keinginan sang bayi, akan berdampak buruk pada sang bayi, bahkan bisa membuatnya frustasi. Frustasi yang berkelanjutan bisa berdampak pada perkembangan jiwa dan mental anak, bahkan bisa membuat anak menjadi tidak percaya pada lingkungannya.

Jika orang tua mengikuti perkembangan anaknya dari hari ke hari, diharapkan orang tua bisa memahami setiap tahapan perkembangan sang bayi. Jika orang tuanya peka tanpa sang bayi harus menangis, maka orang tua dapat menangkap apa yang diinginkannya.

Kepekaan seperti ini hanya dapat terwujud jika tercipta kedekatan antara orangtua dan anak.