Inisiasi Menyusui Dini

inisiasi menyusui dini
Inisiasi Menyusui Dini merupakan proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahirannya. Menurut seorang dokter, di luar negeri, kesadaran mengenai hal ini sudah ada sejak tahun 1987, tapi di Indonesia kesadaran tersebut baru ada sejak tahun 2006. Namun, lebih baik baru tahu daripada tidak sama sekali.
Dokter tersebut menceritakan bagaimana proses inisiasi menyusui dini, yang ternyata merupakan proses alami yang seharusnya dilakukan setelah seorang ibu melahirkan bayinya. Dia menceritakan dan bahkan memutarkan video yang dia buat terhadap cucunya sendiri dan juga seorang bayi lainnya. Dia bercerita, bahwa ternyata ada beberapa hal yang akan terjadi selama proses ini, dan ini juga tergambar dalam video yang diputar.

Jadi Dokter tersebut menjelaskan bahwa pada saat proses Inisiasi Menyusui Dini akan terjadi tahap-tahap seperti ini (berdasarkan penelitian Ilmiah):

1. Sesaat setelah kelahirannya, sesudah ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada sang ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit ketemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang baru saja melahirkan 1 derajat lebih tinggi.
Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.

2. Gerakan kedua yang terjadi yaitu, setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak.
Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu bukan hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
Untuk gerakan ini, ternyata dokter tersebut mempunyai pengalaman. Pernah ada dukun beranak melakukan proses melahirkan, dan ternyata si ibu mengalami pendarahan hebat. Pada saat itu si dukun meletakkan anaknya di dada si ibu, dan anak tersebut menggerak-gerakkan kakinya memassage perut ibunya bahkan lebih dari satu jam, sampai pendarahan si ibu berhenti.

3. Setelah melakukan gerakan di kakinya, bayi tersebut akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu dirinya untuk mengarahkan ke mana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting si ibu. Dan ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri-bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.

4. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu yang bertujuan untuk merangsang supaya air susu si ibu segera berproduksi dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi tersebut

5. Terakhir, baru mulailah si bayi tersebut menyusu.

Saran dokter, jika suatu hari nanti akan melakukan proses kelahiran, mintalah kepada pihak rumah sakit untuk diperbolehkan melakukan inisiasi menyusui dini minimal 1 jam, karena kelima proses di atas ini bisa berlangsung sekitar 1-2 jam.
Juga, dengan melakukan hal ini, akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh si bayi terhadap penyakit-penyakit seperti kanker syaraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya.

Penanganan Pada Bayi Yang Baru Lahir

Penanganan pada bayi baru lahir

Apa saja yang dilakukan dokter pada bayi yang baru lahir?
Begitu dilahirkan, bayi harus segera ditangani oleh tim medis di dalam ruang khusus sebelum dipertemukan lagi dengan orang tuanya. Hal ini bisa berlangsung cepat tapi bisa juga memakan waktu yang lama karena penanganannya yang tak sama. Semua itu tergantung dari tingkat resiko. Jika ada masalah di dalam persalinan atau faktor resikonya besar, tentu makan waktu yang lama.

Besar kecilnya risiko, dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu keadaan ibu, proses persalinan, dan keadaan bayi. Misalnya, apakah ibu menderita infeksi, persalinan lewat operasi atau spontan, dan bayi langsung menangis atau tidak saat dilahirkan.
Penanganan tersebut bertujuan membantu bayi beradaptasi dari yang semula bergantung penuh pada ibunya, menjadi mandiri. Karena itulah, Dalam proses adaptasi ini, bayi harus diperiksa dan diawasi secara ketat sehingga bila ada masalah bisa segera dideteksi dan ditangani segera.

Penanganan apa saja yang dilakukan?
1. DILETAKKAN DI MEJA RESUSITASI
Selama di dalam kandungan, bayi berada dalam lingkungan yang suhunya berkisar 36-37 derajat Celcius. Karena itulah, langkah pertama adalah segera menempatkannya di meja khusus, yaitu meja resusitasi yang bersuhu sekitar 36 derajat Celcius.

2. PENGISAPAN LENDIR
Setelah diletakkan, lendir yang ada di rongga hidung dan mulut segera diisap dan tubuhnya dikeringkan. Dalam keadaan normal, yaitu ketuban jernih dan bayi menangis dengan baik, dilakukan pengisapan secukupnya karena sisa lendir (jika masih ada), akan diresorpsi sendiri oleh tubuh.
Masalahnya, kadang kala bayi lahir dengan keadaan tak normal, seperti ketuban berwarna keruh, kehijauan, atau bercampur kotorannya selama di kandungan. Dalam kasus ini diperlukan pengisapan lebih aktif. Jika tidak, antara lain, bisa terjadi radang paru-paru.

3. PENGHITUNGAN NILAI APGAR
Bersamaan dengan proses pengisapan, dilakukan juga tes APGAR. Penilaian dilakukan berdasar keadaan frekuensi denyut jantung, pernafasan, warna kulit, refleks, dan tonus otot. “Nilai Apgar diambil pada menit pertama dan menit kelima setelah tali pusat dipotong.” Pada menit pertama, nilai APGAR berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya tindakan resusitasi yang lebih aktif, sedangkan pada menit kelima untuk menilai bagaimana prediksi masalah yang akan ada selanjutnya.
Bila interpretasi nilainya antara 7-10, masuk kategori normal, 4-6 dianggap medium atau sedang, dan di bawah 4, masuk kategori berat. Jika keadaannya baik, bayi dibersihkan wajahnya lalu ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan kemudian dibawa lagi untuk perawatan selanjutnya.

4. DIMANDIKAN DAN DIBERSIHKAN
Bayi dibersihkan dengan air hangat dan kadang makan waktu cukup lama. Adakalanya lapisan lemak pada kulit bayi baru lahir cukup tebal, sehingga lebih sulit dibersihkan dan lama. Dulu ada pendapat lapisan lemak ini tak perlu seluruhnya dibersihkan karena dapat berfungsi sebagai penghangat dan pelindung kuman. Namun teori ini sekarang tak dipakai lagi.

5. DITIMBANG
Tahap selanjutnya, berat badan bayi ditimbang dan harus dilakukan kurang dari setengah jam setelah kelahiran. Ini untuk mencegah pengukuran yang tidak tepat karena telah terjadi penguapan cairan pada tubuh bayi.
Berbeda dengan pengukuran berat badan yang harus dilakukan segera, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala justru tak mutlak perlu dilakukan pada saat itu juga. Khususnya untuk pengukuran lingkar kepala. Sebab, bayi yang dilahirkan spontan, kepalanya “mengecil” saat melewati jalan lahir.
Sebaliknya, jika lahir dengan bantuan vakum, biasanya kepalanya mengalami penonjolan sementara di lokasi pemasangan vakum. Jadi, untuk mendapatkan ukuran lingkar kepala yang lebih tepat, kadang perlu ditunggu setelah 24 jam.

6. DIBERI SALEP MATA
Salep mata yang berisi antibiotik cukup penting diberikan untuk menghindari terinfeksi dari jalan lahir. Dulu yang digunakan zat perak nitrat. Tapi karena konsentrasinya makin hari makin tinggi dan menjadi berbahaya, saat ini tak dipakai lagi. Meski tujuan utamanya mencegah infeksi dari jalan lahir, pada persalinan lewat operasi, tetap diberi.

7. PEMERIKSAAN SALURAN PENCERNAAN
Dokter akan memeriksa ada tidaknya anus. Bisanya dengan cara memasukkan ujung termometer yang tumpul ke dalam anus. Ini penting agar bila ada gangguan/kelainan pada anusnya, dapat segera ditangani.

8. PENYUNTIKAN
Suntikan di pahanya, berisi vitamin K untuk mencegah kemungkinan terjadi perdarahan otak. Semakin prematur si bayi, semakin besar risiko terjadi perdarahan otak. Nah, dengan pemberian vitamin K ini, diharapkan risiko mengecil.

9. PEMOTONGAN TALI PUSAT
Selanjutnya, tali pusat dipotong lebih pendek lagi, sekitar 5 cm dari pangkalnya. Namun ada kalanya tali pusat dibiarkan lebih panjang. Terutama bila bayi memiliki risiko tinggi. Gunanya untuk memudahkan jika diperlukan pemasangan infus melalui tali pusat. Ujung tali pusat diikat tali atau dijepit dengan jepitan khusus agar darah tak mengalir keluar. Bila ikatan atau jepitan tak kuat, akan terjadi perdarahan dari tali pusat tersebut yang bisa berakibat fatal pada bayi. Bagi orang dewasa, mungkin kehilangan 30 cc darah, tak akan berarti apa-apa, tapi tidak demikian pada bayi yang badannya masih kecil.
Langkah berikut, tali pusat dibersihkan dengan alkohol atau cairan antiseptik. Tak perlu khawatir si kecil merasa sakit sewaktu tali pusatnya dijepit kuat. Ia tak akan merasakan apa pun karena dalam tali pusat tak ada persarafannya. Kecuali bila tali pusat tersebut ditarik-tarik, sehingga pangkalnya di dinding perut akan terasa sakit.

PENANGANAN LAIN
Normalnya, bayi akan segera menangis setelah lahir. Jika tidak, bisa mengakibatkan fungsi pernafasannya tidak berjalan dengan baik. Dalam keadaan seperti ini, perlu tindakan resusitasi segera untuk merangsangnya agar ia menangis. Pertama yang harus dilakukan adalah memberikan rangsangan dengan cara menepuk-nepuk telapak kakinya sambil terus diberikan stimulus, dilakukan juga pengisapan lendir di tenggorokannya.

Setelah 24 jam, bayi akan diperiksa dan dinilai lagi yang disebut penilaian maturitas. Dalam pemeriksaan ini, yang dinilai adalah keadaan fisik dan neurologis bayi. Sebab, walau berat badan lahir bayi sama, maturitasnya belum tentu sama antara bayi yang satu dengan lainnya. Lewat penilaian ini bisa diketahui ada atau tidaknya gangguan pada pertumbuhan janin selama dalam kandungan.

Bahasa Isyarat Bayi

bahasa isyarat bayi

Sang bayi, dalam tahun pertama kehidupannya, tentu saja belum mampu mengungkapkan apa yang dibutuhkannya secara verbal, hal ini karena sang bayi masih belum bisa berbicara. Komunikasi yang diberikan oleh sang bayi pada masa ini adalah: tangisan, celotehan, serta ekspresi wajah.

Tangisan

Tangisan adalah cara bayi memberitahukan kebutuhannya pada bulan-bulan pertama pasca lahir. Semakin keras dan semakin lama tangisnya, berarti semakin kuat kebutuhannya. Serta, gerakan tubuh yang menyertai tangis tersebut dapat membantu kita untuk memahaminya.

Kadang bayi menangis adalah karena lapar, namun, tangisan bayi belum tentu karena mereka lapar. Jika bayi buang air besar maupun kecil, sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri, namun efek dari buang air tersebut seperti basahnya pakaian atau celananya membuat sang bayi menjadi tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini yang menyebabkan sang bayi menangis.

Berceloteh

Berceloteh juga merupakan cara bayi berkomunikasi, tapi biasanya sedikit sulit untuk memahami arti celotehan sang bayi.

Bayi berceloteh jika dia merasa senang, contohnya senang dengan suasana pagi hari.

Saat bayi berceloteh, kemudian orangtua menanggapi celotehannya seolah-olah tahu arti celotehannya, bayi akan lebih bersemangat lagi untuk berceloteh. Dia akan merasa senang dan merasa yakin dirinya mampu berkomunikasi.

Melalui berceloteh, bayi mulai belajar pada rasa aman dan percaya pada lingkungannya.

Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah dapat berupa mimik muka atau senyuman. Ekspresi wajah ini menunjukkan bahwa dirinya senang, tidak nyaman, atau kesal.

Sang bayi akan tersenyum bila dia merasakan sesuatu yang menyenangkan dirinya, contohnya jika sang bayi diberikan mainan oleh orang tuanya. Namun ada kalanya juga jika ekspresi wajahnya ketakutan, ini jika dia merasa dirinya terancam atau tidak nyaman.

Untuk memahami apa yang dikomunikasikan sang bayi, dibutuhkan kepekaan orang tuanya. Kepekaan ini perlu proses belajar untuk melatihnya.

Komunikasi prabicara yang pertama kali harus dipahami orang tua adalah tangisan, karena setelah lahir dan di bulan-bulan pertama sang bayi, komunikasi dari sang bayi hanyalah melalui tangisan.

Tangisan bayipun tidak selalu sebagai bentuk komunikasi, namun bisa juga sebagai ungkapan ekspresi atau emosi. Ini karena dalam usaha memenuhi keinginan anak, orang tua sering menebak-nebak apa keinginannya. Jika tebakannya tepat, tangisan akan mereda, sedangkan jika tebakannya tidak tepat, tangisannya malah bertambah menjadi-jadi, ini merupakan ekspresi sang bayi berupa emosi, jengkel, maupun marah.

Jika orang tua tidak pernah paham apa keinginan sang bayi, akan berdampak buruk pada sang bayi, bahkan bisa membuatnya frustasi. Frustasi yang berkelanjutan bisa berdampak pada perkembangan jiwa dan mental anak, bahkan bisa membuat anak menjadi tidak percaya pada lingkungannya.

Jika orang tua mengikuti perkembangan anaknya dari hari ke hari, diharapkan orang tua bisa memahami setiap tahapan perkembangan sang bayi. Jika orang tuanya peka tanpa sang bayi harus menangis, maka orang tua dapat menangkap apa yang diinginkannya.

Kepekaan seperti ini hanya dapat terwujud jika tercipta kedekatan antara orangtua dan anak.